Sahabat mungkin tak akan bisa
menggantikan kekasih yang telah pergi,tapi seorang sahabat tak akan pernah
meninggalkan kau sendiri didalam sepi..
Ini tentang seorang kawan,dimana
pada suatu masa di Yogyakarta ia meninggalkan kenangan yang terlalu manis
bahkan sesekali dia menjadi terlalu pahit untuk bisa dilupakan begitu saja.Tapi
aku tak ingin mengenang tentang
kepahitan,karna apalah arti setetes kepahitan di dalam seember
madu.Baiklah aku mulai saja..
Dering telpon membuyarkan
lamunanku disore itu,kemudian segera kuraih handponeku yang tergeletak begitu
saja dilantai kamarku.Dari jauh kudengar suara yang sudah tak asing lagi selama
beberapa tahun ini.
“Ka..besok lebaran kalau kau
pulang kePekanbaru mampir lagi ya di palembang..aku dah beli motor
sekarang..heheh..”suatu hari di tahun 2007 aku berbincang-bincang dengannya via
telepon.Saat itu ia sudah menyelesaikan kuliahnya dan bekerja sebagai seorang
karyawan di salah satu perusahaan swasta
di Palembang.Dari nada suaranya aku tau kalau suasana hatinya sedang bagus.Kemudian
ia melanjutkan.
“Kita bisa keliling-keliling kota
palembang nanti..pokoknya tenang ajalah kau tuk..”.Kadang ia memanggilku dengan
sebutan “Datuk”,namun tak jarang juga aku mendapat panggilan “Gaek” tapi ia lebih sering memanggilku “Eka”.Akupun
tak ada masalah dengan panggilanku ini.Kadang ada benarnya juga kata penyair Eropa
itu bahwa”Apalah arti sebuah nama”.
“Hahah..Oke pa..mudah-mudahan..tunggu
aja..”.Jawabku,Setelah saling bertukar kabar dan dengan berbasa-basi agak lama
ia pun menutup telponnya.Itulah percakapan kami untuk yang terakhir kalinya.Dan
dua minggu setelah itu aku mendapat kabar yang sungguh mengejutkan,dia Yospa Wiranata
telah berpulang kerahmatulllah di umur 27 tahun.Dia sudah berada di dunia yang
lain.
Yospa begitu kami biasa
memanggilnya.sebagian teman memanggil “yos” untuk nama pendeknya dan sebagian
lagi memakai suku kata yang di belakang yaitu “pa”.Ia lahir di Liwa,sebuah
daerah yang terletak di Bandar Lampung.Orang tua bekerja sebagai pegawai negri
sipil,dan ia mempunyai tiga orang saudara,aku mengenal dua diantaranya.Dia dan
dua orang saudaranya kuliah di kota yogyakarta yang konon katanya adalah kota
pelajar,disanalah aku mengenalnya.Kami sama-sama kuliah di universitas yang
sama di Fakultas Hukum Universitas Janabadra,Kampus Kebangsaan.Ia adalah anak
sulung dikeluarganya,adiknya yang paling bungsu masih berumur tiga tahun ketika
itu.suatu kali dia pernah bercerita tentang si bungsu itu.
“Kamu tau?aku belum pernah
sekalipun bertemu dengannya..”
“Sekarang umurnya sudah tiga
tahun,ketika dia lahir aku sudah tak ada di kampung..”ia terdiam sebentar
setelah itu,aku lihat matanya berkaca-kaca.
“Aku sudah lama tak pulang..”lanjutnya.Aku
tak habis pikir bagaimana bisa seperti itu.kemudian akupun bertanya.
“Memangnya sudah berapa lama kau
gak pulang pa?”
“Aku?mungkin sekitar sepuluh
tahunan ada,aku lama di Tasik Malaya ditempat kakek ku..”jawabnya datar.Kalau
aku gak salah percakapan itu terjadi sekitar tahun 2004.Akupun tak bertanya
lebih lanjut kenapa ia sampai tak pulang begitu lama dan ia pun tak pernah bercerita
tentang hal itu.
Aku sudah tak ingat kapan
tepatnya aku mengenalnya,bisa dikatakan tak ada moment spesial yang terjadi
ketika kami saling kenal.Persahabatan kami pun bisa dikatakan tidak kental
seperti darah,namun aku harus mengakui bahwa persahabatan kami cukup baik
sampai ketika ia menghirup udara dunia untuk yang terakhir kali.Ia sangat suka
sepakbola meski aku tak pernah melihatnya bermain bola sekalipun sejak aku
mengenalnya.Namun kami sering menghabiskan malam dengan menonton acara
sepakbola di tv bersama-sama.Ia sangat mengidolakan Ac.Milan,aku tak tahu
mengapa.Tapi kalau sekali lihat ia memang mirip dengan Carlo Ancelloti yang
menjadi pelatih Milan ketika itu.Apa mungkin karna kemiripannya itu atau karna
hal lain aku tak tahu.Tapi begitulah ketika Ac.Milan main maka kami sudah
bersiap-siap di depan tv 14 inci miliknya.Tak pernah terlewatkan kecuali malam
itu ada undangan untuk nongkrong di depan benteng malioboro.
Benteng malioboro tepatnya di
depan gedung Agung Yogyakarta,memiliki kenangan yang lain lagi tentang dirinya.Malam
merupakan hari yang sempurna disana.Tak pernah merasa sepi,meski di dompet kami
sudah tak ada lagi uang sepersenpun kami masih bisa merasa bahagia.Sudah tak
terhitung lagi sudah berapa bait lagu yang kami nyanyikan dari mulut kami yang
mengeluarkan bau alkohol.Sungguh,itu adalah sa’at yang sakral bagi kami tak ada
masalah yang tak terlupakan bilamana kami sudah disana.Terkadang dari sana kami
tak langsung pulang,sebagian menghilang di balik gelapnya pojokan stasiun tugu
dan sebagian lagi lebih memilih untuk menunggu pagi ditemani deburan ombak
pantai Parang Tritis diselatan Jogja.Jika kau berpikir hal ini akan mudah
terlupakan maka kau salah,kenangan itu masih tersusun rapi di dalam sumpeknya
otakku.
Kawan,masih terbayang jelas dalam
ingatanku..bagaimana kita lari berhamburan dikejar polisi seperti maling saat
melakukan aksi masa di ujung jalan Malioboro.Tak akan pernah pula terlupakan
bagiku ketika kita larut bermain dadu di rel kereta demi sebotol minuman.Ah..Kenangan
kita memang lebih banyak hitamnya tapi bukankah warna itu adalah hitam?Tak
patut rasanya aku menulis hal ini disini tapi ketika aku mengenangnya tak pelak
lagi hal ini tak bisa ku hindari.Pernah seorang teman berkata padanya dengan
nada bercanda,begini..
“Kalau aku lihat mansion cola aku
ingat kau pa,begitu juga sebaliknya..jika aku melihat kau aku langsung teringat
mansion cola..hahaha”.Lalu ia akan menanggapi dengan senyumnya yang khas sambil
berkata..
“Ah..taiklah kau..hahha”.seperti
itu kesan yang lain yang di dapat kawan-kawan yang lain tentang dirinya.Memang
bukan seorang laki-laki yang baik dan manis,tapi sebagai seorang manusia aku
pikir ia sudah cukup baik.
Dalam kenangan yang berbeda di
ingatanku,aku teringat dengan sekretariat organisasi tempat kami bernaung
ketika itu.Ketika malam semakin larut dan mata tak juga bisa tertidur,sementara
tak ada tempat yang bisa kami tuju ketika kami sudah setengah mabuk.Maka selalu
saja ide ini muncul dikepalanya..
“Ke sekre aja yuk..!
“Ngapain..?”aku bertanya
pura-pura tidak mengerti.
“Godain si Sari..hahah..”
“Ayuklah..”kataku
bersemangat.Kamipun meluncur dengan satria hijau keluaran tahun 1997 milikku
menuju Pingit di belakang kampus pusat Univ.Janabadra.Sari adalah sekretaris di
organisasi kami ketika itu,dan ia selalu tidur diatas jam 12 malam,biasanya ia
sedang menulis artikel ataupun tulisan-tulisan untuk keperluan
organisasi.Disela-sela kesibukannya ia selalu meladeni pertanyaan-pertanyaan
kami yang tak ada hubungannya dengan organisasi.Bahkan kalau bisa kubilang
lebih mengarah ke “curhat” .Tapi itulah Sari,selalu punya waktu untuk kami
berdua tak peduli bagaimana keadaan kami.Kami selalu merasa dihargai
olehnya.Bagiku pribadi ia adalah urusan asmara yang tak pernah selesai dan
menurutku begitu juga bagi yospa.Dia adalah gadis yang istimewa setidaknya
dimataku dan yospa.
Dalam kehidupan di hari yang lain
tentang yospa terkadang membuatku tak habis pikir.Maksudku bagaimana bisa orang
menggadaikan motornya hanya untuk uang tujuh puluh ribu.Tapi itulah yang
terjadi.Bicara soal gadai-menggadai tak pernah lepas dari kehidupan kami ketika
itu.Aku selalu tersenyum jika mengingat ini.TV 14 inci nyalah yang selalu
menjadi korban dan sesekali tape compo kupun mendapat giliran untuk masuk ke
penggadaian.Kalau pinjaman kami sudah jatuh tempo,sementara kami belum ada uang
untuk menebusnya maka biasanya masa pinjaman akan kami perpanjang dengan hanya
cukup membayar bunganya saja sekitar beberapa ribu.Begitulah kehidupan anak
kost-kostan rasanya tak kan jauh dari hal itu aku kira.Khususnya anak kostan
seperti kami ini.
Suatu hari ia pernah berkata
padaku..
“Ka,kalau nanti suatu saat kau
menikah aku pasti datang..jangan sampai gak kau undang aku ya..”ia berkata
dengan nada bercanda.
“Woke pa sipp..kalau aku nikah
kau pasti ku undang,asal jangan lupa bawa kado..haha..kalau kau nikahpun nanti
aku bakal datang..”jawabku dengan nada kurang serius.
“Sipp..tenang ajalah kau
tu..hehhe”
Rasanya begitu banyak kenangan
yang sudah tercipta tentangnya di pikiranku,takkan pernah ada kata-kata yang
cukup untuk menuliskannya.Terkadang ia disukai namun tak jarang kadang kami di
anggap remeh.Terkadang ia di anggap sebagai pahlawan yang sangat berjasa dan di
elu-elukan namun di hari yang lain ia dianggap sebagai virus berbahaya yang
harus dihindari oleh setiap orang.Orang-orang akan memiliki pendapat berbeda
tentang dirinya.Sebagian akan bilang bahwa ia adalah benalu,sebagian lagi
mungkin akan mengatakan kalau ia adalah orang yang kurang ajar tapi kau pasti
akan menemukan sebagian orang yang mengatakan bahwa ia adalah orang yang baik.Namun
ketika orang bertanya padaku tentang dirinya,apakah dia orang yang baik atau
seberapa jahatnya kah dia?aku akan selalu menjawab dengan jawaban yang sama bahwa
ia adalah temanku dan ia adalah seorang teman yang baik.Jika tuhan hanya
menciptakan sepuluh orang saja Sahabat yang terbaik didunia ini,maka aku pikir
aku sudah bertemu salah satunya.
Dan sekarang kami tak lagi
didunia yang sama,ia tak mampu melawan komplikasi penyakit yang entah sudah
berapa lama bersarang ditubuhnya.Seminggu lamanya ia terbaring diruang ICU lalu
kemudian ia menghembuskan nafasnya yang terakhir.Seandainya nyawa itu seperti
ganja,aku yakin ia tak akan mati ketika itu karna aku tau ia selalu punya
koncian.Tapi ini berbeda,ketika waktunya tiba maka kita tak punya cadangan
untuk menggantikannya.Aku tak tau sekarang ia disurga ataukah dineraka,tapi aku
berharap ia mendapatkan tempat yang pantas baginya disana.Cuma ini yang bisa
kutulis untuk mengenangmu.Akhirnya Selamat jalan kawan..senang bisa
mengenalmu..
“Tunduk Tertindas atau Bangkit Melawan,Sebab Mundur
Adalah Pengkhianatan..”
Lost in Memory,Bangkinang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
" Pembaca yang baik selalu meninggalkan jejak "