Jumat, 13 Februari 2015

Kawan Dalam Kenangan - RIP Yospa Wiranata (1980-2007)

Sahabat mungkin tak akan bisa menggantikan kekasih yang telah pergi,tapi seorang sahabat tak akan pernah meninggalkan kau sendiri  didalam sepi..

Ini tentang seorang kawan,dimana pada suatu masa di Yogyakarta ia meninggalkan kenangan yang terlalu manis bahkan sesekali dia menjadi terlalu pahit untuk bisa dilupakan begitu saja.Tapi aku tak ingin mengenang tentang  kepahitan,karna apalah arti setetes kepahitan di dalam seember madu.Baiklah aku mulai saja..


Dering telpon membuyarkan lamunanku disore itu,kemudian segera kuraih handponeku yang tergeletak begitu saja dilantai kamarku.Dari jauh kudengar suara yang sudah tak asing lagi selama beberapa tahun ini.

“Ka..besok lebaran kalau kau pulang kePekanbaru mampir lagi ya di palembang..aku dah beli motor sekarang..heheh..”suatu hari di tahun 2007 aku berbincang-bincang dengannya via telepon.Saat itu ia sudah menyelesaikan kuliahnya dan bekerja sebagai seorang karyawan di salah  satu perusahaan swasta di Palembang.Dari nada suaranya aku tau kalau suasana hatinya sedang bagus.Kemudian ia melanjutkan.

“Kita bisa keliling-keliling kota palembang nanti..pokoknya tenang ajalah kau tuk..”.Kadang ia memanggilku dengan sebutan “Datuk”,namun tak jarang juga aku mendapat panggilan “Gaek”  tapi ia lebih sering memanggilku “Eka”.Akupun tak ada masalah dengan panggilanku ini.Kadang ada benarnya juga kata penyair Eropa itu bahwa”Apalah arti sebuah nama”.

“Hahah..Oke pa..mudah-mudahan..tunggu aja..”.Jawabku,Setelah saling bertukar kabar dan dengan berbasa-basi agak lama ia pun menutup telponnya.Itulah percakapan kami untuk yang terakhir kalinya.Dan dua minggu setelah itu aku mendapat kabar yang sungguh mengejutkan,dia Yospa Wiranata telah berpulang kerahmatulllah di umur 27 tahun.Dia sudah berada di dunia yang lain.

Yospa begitu kami biasa memanggilnya.sebagian teman memanggil “yos” untuk nama pendeknya dan sebagian lagi memakai suku kata yang di belakang yaitu “pa”.Ia lahir di Liwa,sebuah daerah yang terletak di Bandar Lampung.Orang tua bekerja sebagai pegawai negri sipil,dan ia mempunyai tiga orang saudara,aku mengenal dua diantaranya.Dia dan dua orang saudaranya kuliah di kota yogyakarta yang konon katanya adalah kota pelajar,disanalah aku mengenalnya.Kami sama-sama kuliah di universitas yang sama di Fakultas Hukum Universitas Janabadra,Kampus Kebangsaan.Ia adalah anak sulung dikeluarganya,adiknya yang paling bungsu masih berumur tiga tahun ketika itu.suatu kali dia pernah bercerita tentang si bungsu itu.

“Kamu tau?aku belum pernah sekalipun bertemu dengannya..”

“Sekarang umurnya sudah tiga tahun,ketika dia lahir aku sudah tak ada di kampung..”ia terdiam sebentar setelah itu,aku lihat matanya berkaca-kaca.

“Aku sudah lama tak pulang..”lanjutnya.Aku tak habis pikir bagaimana bisa seperti itu.kemudian akupun bertanya.

“Memangnya sudah berapa lama kau gak pulang pa?”

“Aku?mungkin sekitar sepuluh tahunan ada,aku lama di Tasik Malaya ditempat kakek ku..”jawabnya datar.Kalau aku gak salah percakapan itu terjadi sekitar tahun 2004.Akupun tak bertanya lebih lanjut kenapa ia sampai tak pulang begitu lama dan ia pun tak pernah bercerita tentang hal itu.

Aku sudah tak ingat kapan tepatnya aku mengenalnya,bisa dikatakan tak ada moment spesial yang terjadi ketika kami saling kenal.Persahabatan kami pun bisa dikatakan tidak kental seperti darah,namun aku harus mengakui bahwa persahabatan kami cukup baik sampai ketika ia menghirup udara dunia untuk yang terakhir kali.Ia sangat suka sepakbola meski aku tak pernah melihatnya bermain bola sekalipun sejak aku mengenalnya.Namun kami sering menghabiskan malam dengan menonton acara sepakbola di tv bersama-sama.Ia sangat mengidolakan Ac.Milan,aku tak tahu mengapa.Tapi kalau sekali lihat ia memang mirip dengan Carlo Ancelloti yang menjadi pelatih Milan ketika itu.Apa mungkin karna kemiripannya itu atau karna hal lain aku tak tahu.Tapi begitulah ketika Ac.Milan main maka kami sudah bersiap-siap di depan tv 14 inci miliknya.Tak pernah terlewatkan kecuali malam itu ada undangan untuk nongkrong di depan benteng malioboro.

Benteng malioboro tepatnya di depan gedung Agung Yogyakarta,memiliki kenangan yang lain lagi tentang dirinya.Malam merupakan hari yang sempurna disana.Tak pernah merasa sepi,meski di dompet kami sudah tak ada lagi uang sepersenpun kami masih bisa merasa bahagia.Sudah tak terhitung lagi sudah berapa bait lagu yang kami nyanyikan dari mulut kami yang mengeluarkan bau alkohol.Sungguh,itu adalah sa’at yang sakral bagi kami tak ada masalah yang tak terlupakan bilamana kami sudah disana.Terkadang dari sana kami tak langsung pulang,sebagian menghilang di balik gelapnya pojokan stasiun tugu dan sebagian lagi lebih memilih untuk menunggu pagi ditemani deburan ombak pantai Parang Tritis diselatan Jogja.Jika kau berpikir hal ini akan mudah terlupakan maka kau salah,kenangan itu masih tersusun rapi di dalam sumpeknya otakku.

Kawan,masih terbayang jelas dalam ingatanku..bagaimana kita lari berhamburan dikejar polisi seperti maling saat melakukan aksi masa di ujung jalan Malioboro.Tak akan pernah pula terlupakan bagiku ketika kita larut bermain dadu di rel kereta demi sebotol minuman.Ah..Kenangan kita memang lebih banyak hitamnya tapi bukankah warna itu adalah hitam?Tak patut rasanya aku menulis hal ini disini tapi ketika aku mengenangnya tak pelak lagi hal ini tak bisa ku hindari.Pernah seorang teman berkata padanya dengan nada bercanda,begini..

“Kalau aku lihat mansion cola aku ingat kau pa,begitu juga sebaliknya..jika aku melihat kau aku langsung teringat mansion cola..hahaha”.Lalu ia akan menanggapi dengan senyumnya yang khas sambil berkata..

“Ah..taiklah kau..hahha”.seperti itu kesan yang lain yang di dapat kawan-kawan yang lain tentang dirinya.Memang bukan seorang laki-laki yang baik dan manis,tapi sebagai seorang manusia aku pikir ia sudah cukup baik.

Dalam kenangan yang berbeda di ingatanku,aku teringat dengan sekretariat organisasi tempat kami bernaung ketika itu.Ketika malam semakin larut dan mata tak juga bisa tertidur,sementara tak ada tempat yang bisa kami tuju ketika kami sudah setengah mabuk.Maka selalu saja ide ini muncul dikepalanya..

“Ke sekre aja yuk..!

“Ngapain..?”aku bertanya pura-pura tidak mengerti.

“Godain si Sari..hahah..”

“Ayuklah..”kataku bersemangat.Kamipun meluncur dengan satria hijau keluaran tahun 1997 milikku menuju Pingit di belakang kampus pusat Univ.Janabadra.Sari adalah sekretaris di organisasi kami ketika itu,dan ia selalu tidur diatas jam 12 malam,biasanya ia sedang menulis artikel ataupun tulisan-tulisan untuk keperluan organisasi.Disela-sela kesibukannya ia selalu meladeni pertanyaan-pertanyaan kami yang tak ada hubungannya dengan organisasi.Bahkan kalau bisa kubilang lebih mengarah ke “curhat” .Tapi itulah Sari,selalu punya waktu untuk kami berdua tak peduli bagaimana keadaan kami.Kami selalu merasa dihargai olehnya.Bagiku pribadi ia adalah urusan asmara yang tak pernah selesai dan menurutku begitu juga bagi yospa.Dia adalah gadis yang istimewa setidaknya dimataku dan yospa.

Dalam kehidupan di hari yang lain tentang yospa terkadang membuatku tak habis pikir.Maksudku bagaimana bisa orang menggadaikan motornya hanya untuk uang tujuh puluh ribu.Tapi itulah yang terjadi.Bicara soal gadai-menggadai tak pernah lepas dari kehidupan kami ketika itu.Aku selalu tersenyum jika mengingat ini.TV 14 inci nyalah yang selalu menjadi korban dan sesekali tape compo kupun mendapat giliran untuk masuk ke penggadaian.Kalau pinjaman kami sudah jatuh tempo,sementara kami belum ada uang untuk menebusnya maka biasanya masa pinjaman akan kami perpanjang dengan hanya cukup membayar bunganya saja sekitar beberapa ribu.Begitulah kehidupan anak kost-kostan rasanya tak kan jauh dari hal itu aku kira.Khususnya anak kostan seperti kami ini.

Suatu hari ia pernah berkata padaku..
“Ka,kalau nanti suatu saat kau menikah aku pasti datang..jangan sampai gak kau undang aku ya..”ia berkata dengan nada bercanda.

“Woke pa sipp..kalau aku nikah kau pasti ku undang,asal jangan lupa bawa kado..haha..kalau kau nikahpun nanti aku bakal datang..”jawabku dengan nada kurang serius.

“Sipp..tenang ajalah kau tu..hehhe”

Rasanya begitu banyak kenangan yang sudah tercipta tentangnya di pikiranku,takkan pernah ada kata-kata yang cukup untuk menuliskannya.Terkadang ia disukai namun tak jarang kadang kami di anggap remeh.Terkadang ia di anggap sebagai pahlawan yang sangat berjasa dan di elu-elukan namun di hari yang lain ia dianggap sebagai virus berbahaya yang harus dihindari oleh setiap orang.Orang-orang akan memiliki pendapat berbeda tentang dirinya.Sebagian akan bilang bahwa ia adalah benalu,sebagian lagi mungkin akan mengatakan kalau ia adalah orang yang kurang ajar tapi kau pasti akan menemukan sebagian orang yang mengatakan bahwa ia adalah orang yang baik.Namun ketika orang bertanya padaku tentang dirinya,apakah dia orang yang baik atau seberapa jahatnya kah dia?aku akan selalu menjawab dengan jawaban yang sama bahwa ia adalah temanku dan ia adalah seorang teman yang baik.Jika tuhan hanya menciptakan sepuluh orang saja Sahabat yang terbaik didunia ini,maka aku pikir aku sudah bertemu salah satunya.

Dan sekarang kami tak lagi didunia yang sama,ia tak mampu melawan komplikasi penyakit yang entah sudah berapa lama bersarang ditubuhnya.Seminggu lamanya ia terbaring diruang ICU lalu kemudian ia menghembuskan nafasnya yang terakhir.Seandainya nyawa itu seperti ganja,aku yakin ia tak akan mati ketika itu karna aku tau ia selalu punya koncian.Tapi ini berbeda,ketika waktunya tiba maka kita tak punya cadangan untuk menggantikannya.Aku tak tau sekarang ia disurga ataukah dineraka,tapi aku berharap ia mendapatkan tempat yang pantas baginya disana.Cuma ini yang bisa kutulis untuk mengenangmu.Akhirnya Selamat jalan kawan..senang bisa mengenalmu..

“Tunduk Tertindas atau Bangkit Melawan,Sebab Mundur Adalah Pengkhianatan..”




Lost in Memory,Bangkinang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

" Pembaca yang baik selalu meninggalkan jejak "