Sabtu, 29 November 2014

Kampung Terandam Kebanjiran




Hari itu masih Pagi,tiba-tiba saja saya di bangunkan oleh kakak saya,yang mana itu tak biasanya terjadi  (karna saya masih pengangguran jadi selalu bangun “agak” siang).mau tak mau tidur di pagi itu saya tamatkan seketika.kemudian beliau berkata “kampung banjir”,katanya.berhubung semua nyawa saya belum ngumpul saya  plengak plengok berusaha memahami kata-katanya.”liat nih”,sambil menyodorkan hpnya di mana terdapat gambar yang membuat nyawa saya seketika bersatu dan utuh.di gambar itu saya melihat rumah salah satu kerabat saya di tandun(kampung saya) sudah di penuhi air kira-kira sepinggang orang dewasa.

Belum lagi saya cuci muka,telpon saya berdering.dari jauh  terdengar suara ibu “kampung banjir nak,kalau bisa pulang,pulanglah sekarang!banjir kali ini lebih besar dari yang biasanya..”,ujarnya sedikit terburu-buru.”iya bu”,kataku kemudian.dalam hati saya berpikir bagaimana bisa saya tidak tahu kampung saya di landa banjir dan bagaimana bisa pula saya tidak akan pulang dan membiarkan orang tua saya berjuang sendirian dalam banjir tersebut.seandainya saya tahu lebih awal tak di mintapun anakmu ini akan pulang.ada terasa sedikit perasaan nelangsa yang tiba-tiba datang entah dari mana dan untuk alasan apa saya tak tahu.

Kemudian segera saya kemasi baju dan keperluan lain.namun godaan kopi panas masih tak bisa saya tolak pagi itu,jadi saya bikinlah kopi,kemudian duduk sejenak menikmati hasil bumi indonesia itu.rencana awalnya saya mau make motor aja pulangnya,tp karna abang ipar juga mau ikut bantu akhirnya saya dan abang ipar saya pulang dengan mengendarai mobilnya,tentu saja setelah saya habiskan kopi panas tadi.


Jam 08 pagi kami berangkat,selama di perjalanan kami lebih banyak diam dari pada bercakap-cakap.ditambah fokus pikiran saya saat itu tertuju sepenuhnya pada tandun,pada Kamter.karna abang ipar saya merasa sedikit lapar,jadi kami berhenti sejenak untuk makan sate.sebentar saja kemudian perjalanan dilanjutkan kembali.

Jam 09.30 pagi,Akhirnya sampai di tujuan(tandun).kami langsung menuju rumah abang saya yang kebetulan rumahnya  tidak terkena banjir dan orang tua saya mengungsi kesitu.kami pindahkan barang-barang di mobil yang tadi kami bawa kerumah.dirumah abang saya sudah menunggu orang tua saya dan istri abang  saya.abang dan adik saya yang bungsu masih tidur karna kecapean.gak tidur semalaman kemudian yang terberat adalah memindahkan barang-barang dirumah orang tua saya  ketempat yang lebih tinggi agar tidak terkena banjir.terbayang di pikiran saya bagaimana tadi malam mereka berjibaku sekuat tenaga yang ada dan yang tak ada,memindahkan satu demi satu barang  di dalam dingin nya air dan didalam melawan rasa kantuk.kombinasi yang sempurna untuk menguras tenaga,tak bisa lebih dari itu.sementara saya tak melakukan apa-apa.

Kemudian tanpa saya bertanya lagi,orang tua saya bercerita singkat mengenai kronologi terjadinya banjir tersebut.dari ceritanya kemudian saya tahu bahwa banjir itu datangnya kira-kira jam 01.00 dini hari,jam di mana sebagian masyarakat sedang tertidur pulas atau jam dimana klimaks kantuk menyerang dan manusia sedang bersiap-siap hendak tidur.Laju pasangnya air cukup signifikan,dibanding banjir yang pernah terjadi sebelum-sebelumnya.sehingga masyarakat tak sempat menyelamatkan sebagian barang-barangnya.sebut saja motor,mobil,barang-barang elektronik dan lain sebagainya.ya banjir kali ini memang di luar kebiasaan.”kalau kalian mau lihat pergilah kesana..”,orang tua saya mengakhiri pembicaraan singkat itu.tanpa pikir panjang kami (saya dan abang ipar saya) pun meluncur ke TKP.saya sengaja memakai celana pendek karna memang sudah tau bagaimana kondisinya ketika kebanjiran.

   Sesampainya disana kami langsung disambut kemacetan,manusia hilir mudik dan suara-suara sumbang yang tak begitu berarti.mata saya langsung tertuju kerumah saya,rumah orang tua saya.bagian rumah sudah terendam banjir sekitar sepertiganya.sementara lapangan bola yang tepat berada didepan rumah saya sudah berubah menjadi danau dengan banyak tuan,tak ada kesan bahwa disitulah biasanya tempat pemuda sportif tandun bermain bola saban sore,ya sekarang semua cuma air sesekali dihiasi sampah yang dibawa arus kehilir entah di mana berujung saya tak tahu.perahu-perahu karet dari anggota BPBD (badan penanggulangan bencana daerah) yang sudah datang sejak jam 07.00 pagi tampak hilir mudik sedikit menyemerakkan suasana yang suram di pagi itu.

Sebelumnya banjir sempat tumpah kejalan raya,tapi ketika kami tiba air sudah sedikit surut dan sudah tak membanjiri jalan raya.dipinggir-pinggir jalan bersusun manusia-manusia yang memiliki motivasi berbeda,dan semua mata tertuju kerumah-rumah yang terendam air sudah sejak dini hari tadi.ada yang datang untuk membantu korban banjir,ada yang Cuma sekedar ingin melihat saja ada pula yang terjebak macet yang akhirnya memutuskan untuk berhenti sejenak.bahkan mungkin ada juga yang menganggapnya sebagai hiburan,sekedar pelepas suntuk di tempat kerja..tak tahulah tak baik berprasangka buruk.meski kenyataannya begitu tapi pada akhirnya kita mesti berprasangka baik juga bukan?

Tali evakuasi yang terpasang seakan bercerita bagaimana keadaan puncak banjir dini hari tadi,bagaimana warga-warga berpegangan pada tali bertahan dari arus yang deras untuk mencapai tempat yang kering dan yang paling penting adalah untuk menyelamatkan nyawa!!.nyawa yang sangat kita cintai ini.jalan menuju rumah saya sekarang sepenuhnya berubah jadi air dimana jalur tali evakuasi tadi di pasang.naluri “we are the Kamter people” saya pun bergetar,setelah membungkus rokok kedalam kantong plastik(bagaimanapun keadaannya rokok tetap masuk dalam rencana “A” J) saya langsung menerjang banjir menuju rumah saya.disekeliling tampak warga sibuk membersihkan rumah masing-masing dari tumpukan sampah,kayu-kayu dan lain sebagainya yang hanyut dibawa arus ke rumah mereka.sekelompok anak kecil tampak terlihat begitu gembira dengan perahu karet  bermain di banjirnya air.ada juga yang berenang bebas sambil bercanda dengan kawan-kawannya.sebagian ada yang duduk-duduk di atas tiang gawang yang terendam air yang hanya menyisakan bagian atasnya saja.

Tentu selalu berlaku kata-kata bijak bahwa tak ada yang baru dibawah matahari.begitupun sesampainya dirumah kegiatan rutin ketika banjirpun saya awali.sekeliling rumah segera kuperiksa.sampah berserakan dimana-mana,tersangkut di batang-batang pohon yang ada di sekeliling rumah.dengan bantuan beberapa orang saudara yang sengaja datang membantu,kamipun membersihkan segala macam sampah disekeliling rumah.tak lama berselang abang ipar saya datang dan segera menggabungkan diri.pelepah sawit yang ikut terbawa arus dengan duri-duri tajamnya selalu siap melukai kulit kami,sementara air menjadi semakin dingin.begitulah kira-kira kegiatan warga yang terkena dampak banjir saat itu.masing-masing sibuk membersihkan rumahnya dengan dibantu sanak famili ataupun tanpa dibantu.sementara bocah-bocah yang bermain air semakin menjadi-jadi,seolah-olah mereka menemukan “water world” yang sebenarnya dan yang paling mengasyikkan adalah bahwa semua itu adalah gratis!tanpa di pungut bayaran,ya,itu menjadi hikmah tersendiri.

Ada kejadian yang cukup menegangkan yang mengalihkan perhatian kami ketika itu.saya tak tahu persis siapa namanya,seorang gadis kecil yang berumur kira-kira 15 tahun.dia bermaksud hendak kerumah saudaranya yang terkena banjir untuk keperluan apa entahlah.karena arus air yang terlalu deras,keseimbangannya hilang dan kemudian tubuhnya dikuasai sepenuhnya oleh kekuatan air tersebut.ya dia dibawa hanyut kehilir.kerumunan warga yang sejak pagi “menonton” ,berubah menjadi hiruk pikuk,berteriak-teriak minta tolong dengan nada yang tak beraturan,tak ada harmonisasi nada.”tolong ada orang hanyut”,selamatkan dia..cepatt!!aaaa...!!astagaa..apakah dia bisa berenang?”..cepat..cepat..!!!seperti itulah kurang lebih.beberapa warga tanpa pikir panjang segera berenang menjangkau gadis kecil itu,kemudian disusul oleh perahu BPBD.dan ajaibnya gadis kecil itu berhasil diselamatkan,meski sudah terbawa arus sekitar beberapa meter tanpa cedera yang berarti.hanya wajahnya saja yang kelihatan pucat pasi mungkin terbayang dengan maut yang sudah didepan matanya. suasana yang semula begitu menegangkan kembali mereda dan kerumunan warga dipinggir jalan kembali melanjutkan "observasinya".

Tak lama berselang orang tua,abang saya dan istrinya datang menumpang perahu Tim BPBD dengan membawa buah tangan sekedar pengganjal perut.kamipun istirahat untuk sekedar merokok dan sedikit mengganjal perut.setelah itu bersama-sama kamipun melanjutkan kegiatan bersih-bersih dan sekarang menjadi semakin intens dan masif.membersihkan tembok rumah,mencuci piring dan perkakas rumah yang lain yang kotor dan berlumpur,membersihkan lantai dan lain sebagainya.kegiatan itu baru berhenti ketika magrib sudah menjelang.dan malamnya kampung saya (Kamter) tenggelam dalam pekatnya malam dan dalam pikirannya sendiri.listrik memang sengaja dimatikan oleh yang berwenang untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan.

Fajar pagi pun akhirnya menyingsing di ufuk timur,seharipun sudah berlalu.banjir sudah sepenuhnya surut,tak tampak lagi air yang menggenangi rumah warga.genangan air Cuma tersisa di tanah yang letaknya emang agak rendah,disitu masih terlihat genangan air.hari ini warga kembali sibuk mengurus rumahnya masing-masing.di depan  rumah warga sekarang dihiasi bermacam warna warni seolah-olah sedang terjadi pesta besar.tali temali melintang pukang sebagai jemuran.ya,kegiatan jemur menjemur sekarang mendominasi kesibukan warga.mulai dari pakaian,kain pintu,karpet dan tikar,kasur dan masih banyak lagi.sebagian warga terlihat mendorong motor yang semalam terendam banjir,untuk di bawa kebengkel.menyapu lantai rumah dan ada juga yang sedang bertukang karna dapurnya juga kamar mandinya raib di bawa arus banjir.ketua rt/rw sekarang sudah mulai mendata kerugian yang di derita oleh para warga,mungkin sebagai data jika nanti ada bantuan.memang sampai hari kedua ini belum ada bantuan yang cukup berarti yang sudah diterima warga.misalnya saja untuk logistik,warga baru menerima masing-masing 5kg beras dan beberapa bungkus mie instan.namun ada juga warga yang dapat bantuan  2 liter minyak goreng tapi tidak semua yang kebagian,entah apa sebabnya saya tidak tahu.sementara untuk bantuan yang lain seperti uang tunai sampai saat ini belum ada.

Memang di jalan raya ada sekelompok pemuda yang berinisiatif minta sumbangan dari kenderaan yang lewat,tapi uangnya entah kemana atau untuk buat apa saya kurang faham..adakah itu di berikan ke korban banjir atau mereka bagi-bagi buat diri sendiri..entahlah. sekiranya ada bantuan berupa uang tunai dari pihak terkait saya yakin hal itu sungguh sangat membantu. yang jelas fakta yang terjadi adalah seperti yang saya sudah paparkan di atas.

***

Meminjam kata-kata dari Soe Hok Gie bahwa  “pada akhirnya semua akan kembali pada hari yang biasa”.begitu juga dengan dengan para korban bencana banjir disini.setelah beberapa hari dengan kesibukan yang melelahkan pada akhirnya kembali pada hari yang biasa.hari dimana rutinitas kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup yang bukannya tidak membosankan kembali di jalani.hari dimana salah paham kecil kadang muncul namun setelah sadar semua kembali menjadi manusia yang lebih baik.hari dimana kadang kita mengucapkan kata makian yang tidak perlu.ya..hari-hari manusia biasa.

Namun bencana banjir ini bukannya tidak meninggalkan pesan dan kesan.kesan bahwa didalam penderitaan akibat bencana ternyata masih banyak hati yang tulus yang bersedia membantu dengan ikhlas.entah kenal entah tidak namun dengan bersuka cita memberikan bantuan yang dibutuhkan.terdapat pula kesan bahwa dalam suasana penderitaan akibat bencana ada terasa ikatan emosional yang kuat antara sesama warga korban bencana,seolah-olah kita merasa bahwa luka satu orang adalah juga berarti luka bagi kita semua.

Kemudian tentu juga Pesan yang coba disiratkan oleh alam.bahwa penyebab banjir disini bukan semata-mata oleh air semata,tapi banyak faktor lain yang masih bisa untuk dipelajari lebih lanjut, mengapa semua nya bisa terjadi.tanpa menutup mata bahwa bencana yang terjadi kadang lebih disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri.pendangkalan sungai,penebangan hutan secara liar,pembuangan sampah sembarangan itu semua merupakan faktor yang bisa menyebabkan terjadinya bencana banjir.tentu jika kita coba sedikit merenung dan berfikir dan kemudian mencoba untuk berbesar hati bahwa semua itu tak terlepas dari ulah kita sendiri.tanamkan kesadaran dihati dan senantiasa bersukur kepada tuhan bahwa sesungguhnya kita tidak begitu saja bisa melakukan sesuatu sekehendak hati kita.pada akhirnya hanya tuhanlah yang maha mengetahui,wallahu alam....






 Catatan: Kampung Terandam adalah nama salah satu dusun yang terdapat di Kecamatan                  Tandun.Tandun adalah nama salah satu Kecamatan yang secara administrasi                      berada di Kabupaten Rokan Hulu,Provinsi Riau.



Penulis






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

" Pembaca yang baik selalu meninggalkan jejak "