Hari itu masih Pagi,tiba-tiba saja saya di bangunkan oleh kakak
saya,yang mana itu tak biasanya terjadi (karna saya masih pengangguran
jadi selalu bangun “agak” siang).mau tak mau tidur di pagi itu saya tamatkan
seketika.kemudian beliau berkata “kampung banjir”,katanya.berhubung semua nyawa
saya belum ngumpul saya plengak plengok berusaha memahami
kata-katanya.”liat nih”,sambil menyodorkan hpnya di mana terdapat gambar yang
membuat nyawa saya seketika bersatu dan utuh.di gambar itu saya melihat rumah
salah satu kerabat saya di tandun(kampung saya) sudah di penuhi air kira-kira
sepinggang orang dewasa.
Belum lagi saya cuci
muka,telpon saya berdering.dari jauh terdengar suara ibu “kampung banjir
nak,kalau bisa pulang,pulanglah sekarang!banjir kali ini lebih besar dari yang
biasanya..”,ujarnya sedikit terburu-buru.”iya bu”,kataku kemudian.dalam hati
saya berpikir bagaimana bisa saya tidak tahu kampung saya di landa banjir dan
bagaimana bisa pula saya tidak akan pulang dan membiarkan orang tua saya
berjuang sendirian dalam banjir tersebut.seandainya saya tahu lebih awal tak di
mintapun anakmu ini akan pulang.ada terasa sedikit perasaan nelangsa yang
tiba-tiba datang entah dari mana dan untuk alasan apa saya tak tahu.
Kemudian segera saya
kemasi baju dan keperluan lain.namun godaan kopi panas masih tak bisa saya
tolak pagi itu,jadi saya bikinlah kopi,kemudian duduk sejenak menikmati hasil
bumi indonesia itu.rencana awalnya saya mau make motor aja pulangnya,tp karna
abang ipar juga mau ikut bantu akhirnya saya dan abang ipar saya pulang dengan
mengendarai mobilnya,tentu saja setelah saya habiskan kopi panas tadi.
Jam 08 pagi kami
berangkat,selama di perjalanan kami lebih banyak diam dari pada
bercakap-cakap.ditambah fokus pikiran saya saat itu tertuju sepenuhnya pada
tandun,pada Kamter.karna abang ipar saya merasa sedikit lapar,jadi kami
berhenti sejenak untuk makan sate.sebentar saja kemudian perjalanan dilanjutkan
kembali.
Jam 09.30 pagi,Akhirnya
sampai di tujuan(tandun).kami langsung menuju rumah abang saya yang kebetulan
rumahnya tidak terkena banjir dan orang tua saya mengungsi kesitu.kami
pindahkan barang-barang di mobil yang tadi kami bawa kerumah.dirumah abang saya
sudah menunggu orang tua saya dan istri abang saya.abang dan adik saya
yang bungsu masih tidur karna kecapean.gak tidur semalaman kemudian yang
terberat adalah memindahkan barang-barang dirumah orang tua saya ketempat
yang lebih tinggi agar tidak terkena banjir.terbayang di pikiran saya bagaimana
tadi malam mereka berjibaku sekuat tenaga yang ada dan yang tak ada,memindahkan
satu demi satu barang di dalam dingin nya air dan didalam melawan rasa
kantuk.kombinasi yang sempurna untuk menguras tenaga,tak bisa lebih dari
itu.sementara saya tak melakukan apa-apa.
Kemudian tanpa saya
bertanya lagi,orang tua saya bercerita singkat mengenai kronologi terjadinya
banjir tersebut.dari ceritanya kemudian saya tahu bahwa banjir itu datangnya
kira-kira jam 01.00 dini hari,jam di mana sebagian masyarakat sedang tertidur
pulas atau jam dimana klimaks kantuk menyerang dan manusia sedang bersiap-siap
hendak tidur.Laju pasangnya air cukup signifikan,dibanding banjir yang pernah
terjadi sebelum-sebelumnya.sehingga masyarakat tak sempat menyelamatkan
sebagian barang-barangnya.sebut saja motor,mobil,barang-barang elektronik dan
lain sebagainya.ya banjir kali ini memang di luar kebiasaan.”kalau kalian mau
lihat pergilah kesana..”,orang tua saya mengakhiri pembicaraan singkat
itu.tanpa pikir panjang kami (saya dan abang ipar saya) pun meluncur ke
TKP.saya sengaja memakai celana pendek karna memang sudah tau bagaimana
kondisinya ketika kebanjiran.
Sesampainya
disana kami langsung disambut kemacetan,manusia hilir mudik dan suara-suara
sumbang yang tak begitu berarti.mata saya langsung tertuju kerumah saya,rumah
orang tua saya.bagian rumah sudah terendam banjir sekitar
sepertiganya.sementara lapangan bola yang tepat berada didepan rumah saya sudah
berubah menjadi danau dengan banyak tuan,tak ada kesan bahwa disitulah biasanya
tempat pemuda sportif tandun bermain bola saban sore,ya sekarang semua cuma air
sesekali dihiasi sampah yang dibawa arus kehilir entah di mana berujung saya
tak tahu.perahu-perahu karet dari anggota BPBD (badan penanggulangan bencana
daerah) yang sudah datang sejak jam 07.00 pagi tampak hilir mudik sedikit
menyemerakkan suasana yang suram di pagi itu.
Sebelumnya banjir sempat
tumpah kejalan raya,tapi ketika kami tiba air sudah sedikit surut dan sudah tak
membanjiri jalan raya.dipinggir-pinggir jalan bersusun manusia-manusia yang
memiliki motivasi berbeda,dan semua mata tertuju kerumah-rumah yang terendam
air sudah sejak dini hari tadi.ada yang datang untuk membantu korban banjir,ada
yang Cuma sekedar ingin melihat saja ada pula yang terjebak macet yang akhirnya
memutuskan untuk berhenti sejenak.bahkan mungkin ada juga yang menganggapnya
sebagai hiburan,sekedar pelepas suntuk di tempat kerja..tak tahulah tak baik
berprasangka buruk.meski kenyataannya begitu tapi pada akhirnya kita mesti
berprasangka baik juga bukan?
Tali evakuasi yang
terpasang seakan bercerita bagaimana keadaan puncak banjir dini hari
tadi,bagaimana warga-warga berpegangan pada tali bertahan dari arus yang deras
untuk mencapai tempat yang kering dan yang paling penting adalah untuk
menyelamatkan nyawa!!.nyawa yang sangat kita cintai ini.jalan menuju rumah saya
sekarang sepenuhnya berubah jadi air dimana jalur tali evakuasi tadi di
pasang.naluri “we are the Kamter people” saya pun bergetar,setelah membungkus
rokok kedalam kantong plastik(bagaimanapun keadaannya rokok tetap masuk dalam
rencana “A” J) saya langsung menerjang banjir menuju rumah
saya.disekeliling tampak warga sibuk membersihkan rumah masing-masing dari
tumpukan sampah,kayu-kayu dan lain sebagainya yang hanyut dibawa arus ke rumah
mereka.sekelompok anak kecil tampak terlihat begitu gembira dengan perahu
karet bermain di banjirnya air.ada juga yang berenang bebas sambil
bercanda dengan kawan-kawannya.sebagian ada yang duduk-duduk di atas tiang
gawang yang terendam air yang hanya menyisakan bagian atasnya saja.
Tentu selalu berlaku
kata-kata bijak bahwa tak ada yang baru dibawah matahari.begitupun sesampainya
dirumah kegiatan rutin ketika banjirpun saya awali.sekeliling rumah segera
kuperiksa.sampah berserakan dimana-mana,tersangkut di batang-batang pohon yang
ada di sekeliling rumah.dengan bantuan beberapa orang saudara yang sengaja
datang membantu,kamipun membersihkan segala macam sampah disekeliling rumah.tak
lama berselang abang ipar saya datang dan segera menggabungkan diri.pelepah
sawit yang ikut terbawa arus dengan duri-duri tajamnya selalu siap melukai
kulit kami,sementara air menjadi semakin dingin.begitulah kira-kira kegiatan
warga yang terkena dampak banjir saat itu.masing-masing sibuk membersihkan
rumahnya dengan dibantu sanak famili ataupun tanpa dibantu.sementara bocah-bocah
yang bermain air semakin menjadi-jadi,seolah-olah mereka menemukan “water
world” yang sebenarnya dan yang paling mengasyikkan adalah bahwa semua itu
adalah gratis!tanpa di pungut bayaran,ya,itu menjadi hikmah tersendiri.
Ada kejadian yang cukup
menegangkan yang mengalihkan perhatian kami ketika itu.saya tak tahu persis
siapa namanya,seorang gadis kecil yang berumur kira-kira 15 tahun.dia bermaksud
hendak kerumah saudaranya yang terkena banjir untuk keperluan apa
entahlah.karena arus air yang terlalu deras,keseimbangannya hilang dan kemudian
tubuhnya dikuasai sepenuhnya oleh kekuatan air tersebut.ya dia dibawa hanyut
kehilir.kerumunan warga yang sejak pagi “menonton” ,berubah menjadi hiruk
pikuk,berteriak-teriak minta tolong dengan nada yang tak beraturan,tak ada
harmonisasi nada.”tolong ada orang hanyut”,selamatkan
dia..cepatt!!aaaa...!!astagaa..apakah dia bisa
berenang?”..cepat..cepat..!!!seperti itulah kurang lebih.beberapa warga tanpa
pikir panjang segera berenang menjangkau gadis kecil itu,kemudian disusul oleh
perahu BPBD.dan ajaibnya gadis kecil itu berhasil diselamatkan,meski sudah
terbawa arus sekitar beberapa meter tanpa cedera yang berarti.hanya wajahnya
saja yang kelihatan pucat pasi mungkin terbayang dengan maut yang sudah didepan
matanya. suasana yang semula begitu menegangkan kembali mereda dan kerumunan
warga dipinggir jalan kembali melanjutkan "observasinya".
Tak lama berselang orang
tua,abang saya dan istrinya datang menumpang perahu Tim BPBD dengan membawa
buah tangan sekedar pengganjal perut.kamipun istirahat untuk sekedar merokok
dan sedikit mengganjal perut.setelah itu bersama-sama kamipun melanjutkan
kegiatan bersih-bersih dan sekarang menjadi semakin intens dan
masif.membersihkan tembok rumah,mencuci piring dan perkakas rumah yang lain
yang kotor dan berlumpur,membersihkan lantai dan lain sebagainya.kegiatan itu
baru berhenti ketika magrib sudah menjelang.dan malamnya kampung saya (Kamter)
tenggelam dalam pekatnya malam dan dalam pikirannya sendiri.listrik memang
sengaja dimatikan oleh yang berwenang untuk menghindari kejadian yang tidak
diinginkan.
Fajar pagi pun akhirnya
menyingsing di ufuk timur,seharipun sudah berlalu.banjir sudah sepenuhnya
surut,tak tampak lagi air yang menggenangi rumah warga.genangan air Cuma
tersisa di tanah yang letaknya emang agak rendah,disitu masih terlihat genangan
air.hari ini warga kembali sibuk mengurus rumahnya masing-masing.di depan
rumah warga sekarang dihiasi bermacam warna warni seolah-olah sedang
terjadi pesta besar.tali temali melintang pukang sebagai jemuran.ya,kegiatan
jemur menjemur sekarang mendominasi kesibukan warga.mulai dari pakaian,kain
pintu,karpet dan tikar,kasur dan masih banyak lagi.sebagian warga terlihat
mendorong motor yang semalam terendam banjir,untuk di bawa kebengkel.menyapu lantai
rumah dan ada juga yang sedang bertukang karna dapurnya juga kamar mandinya
raib di bawa arus banjir.ketua rt/rw sekarang sudah mulai mendata kerugian yang
di derita oleh para warga,mungkin sebagai data jika nanti ada bantuan.memang
sampai hari kedua ini belum ada bantuan yang cukup berarti yang sudah diterima
warga.misalnya saja untuk logistik,warga baru menerima masing-masing 5kg beras
dan beberapa bungkus mie instan.namun ada juga warga yang dapat bantuan 2
liter minyak goreng tapi tidak semua yang kebagian,entah apa sebabnya saya
tidak tahu.sementara untuk bantuan yang lain seperti uang tunai sampai saat ini
belum ada.
Memang di jalan raya ada
sekelompok pemuda yang berinisiatif minta sumbangan dari kenderaan yang
lewat,tapi uangnya entah kemana atau untuk buat apa saya kurang faham..adakah
itu di berikan ke korban banjir atau mereka bagi-bagi buat diri sendiri..entahlah.
sekiranya ada bantuan berupa uang tunai dari pihak terkait saya yakin hal itu
sungguh sangat membantu. yang jelas fakta yang terjadi adalah seperti yang saya
sudah paparkan di atas.
***
Meminjam kata-kata dari
Soe Hok Gie bahwa “pada akhirnya semua akan kembali pada hari yang
biasa”.begitu juga dengan dengan para korban bencana banjir disini.setelah
beberapa hari dengan kesibukan yang melelahkan pada akhirnya kembali pada hari
yang biasa.hari dimana rutinitas kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
bukannya tidak membosankan kembali di jalani.hari dimana salah paham kecil
kadang muncul namun setelah sadar semua kembali menjadi manusia yang lebih
baik.hari dimana kadang kita mengucapkan kata makian yang tidak
perlu.ya..hari-hari manusia biasa.
Namun bencana banjir ini
bukannya tidak meninggalkan pesan dan kesan.kesan bahwa didalam penderitaan
akibat bencana ternyata masih banyak hati yang tulus yang bersedia membantu
dengan ikhlas.entah kenal entah tidak namun dengan bersuka cita memberikan
bantuan yang dibutuhkan.terdapat pula kesan bahwa dalam suasana penderitaan
akibat bencana ada terasa ikatan emosional yang kuat antara sesama warga korban
bencana,seolah-olah kita merasa bahwa luka satu orang adalah juga berarti luka
bagi kita semua.
Kemudian tentu juga
Pesan yang coba disiratkan oleh alam.bahwa penyebab banjir disini bukan
semata-mata oleh air semata,tapi banyak faktor lain yang masih bisa untuk
dipelajari lebih lanjut, mengapa semua nya bisa terjadi.tanpa menutup mata
bahwa bencana yang terjadi kadang lebih disebabkan oleh ulah manusia itu
sendiri.pendangkalan sungai,penebangan hutan secara liar,pembuangan sampah
sembarangan itu semua merupakan faktor yang bisa menyebabkan terjadinya bencana
banjir.tentu jika kita coba sedikit merenung dan berfikir dan kemudian mencoba
untuk berbesar hati bahwa semua itu tak terlepas dari ulah kita
sendiri.tanamkan kesadaran dihati dan senantiasa bersukur kepada tuhan bahwa
sesungguhnya kita tidak begitu saja bisa melakukan sesuatu sekehendak hati
kita.pada akhirnya hanya tuhanlah yang maha mengetahui,wallahu alam....
Catatan: Kampung Terandam adalah nama salah satu dusun yang terdapat di Kecamatan Tandun.Tandun adalah nama salah satu Kecamatan yang secara administrasi berada di Kabupaten Rokan Hulu,Provinsi Riau.
Penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
" Pembaca yang baik selalu meninggalkan jejak "